Saya warga negara Indonesia yang sama dengan dengan warga negara Indonesia lainnya yang lagi gandrung dengan prestasi TIMNAS sepakbola saat ini. Jujur saja, seumur hidup saya baru kali ini saya menantikan saat-saat TIMNAS berlaga. Terlepas apapun motivasi mereka, tapi permainan mereka saat ini sudah enak di lihat. Itu jelas membuat saya bangga sebagai warga negara dan bangga sebagai penggemar sepak bola.
Begitu pula di event AFF ini, saya seperti juga masyarakat Indonesia lainnya, sangat berharap supaya TIMNAS bisa juara. Saya sangat berharap itu. Tetapi mungkin ada yang berbeda dalam hal 'berharap' ini antara saya dengan sebagian besar masyarakat lainnya. Saya sangat hati-hati dalam memberikan harapan. Saya hanya menyimpannya dalam hati dan menyiraminya dengan DOA. Saya tidak menuliskannya di FB, Twitter atau membuat komentar2 bebas di media. Saya tidak lakukan itu karena satu hal. Perjuangan mereka belum selesai. Saya tidak ingin menambah beban mereka. Bahkan memujipun masih dalam hati. Saya tidak ingin membuat mereka terlena yang akhirnya bisa menurunkan kewaspadaan mereka.
Jadi, ketika melihat berita di TV, bahwa banyak pihak yang tiba2 muncul dan "memberikan perhatian" yang begitu besar kepada TIMNAS saya sangat marah dan kecewa. Pihak2 yang secara kasat mata jelas kelihatan sikap dan sifat oportunisnya. Tiba2 muncul dan bersikap seolah-olah sudah sangat berjasa atas kemajuan TIMNAS. Membuat acara-acara seremonial yang sangat-sangat belum perlu di lakukan untuk saat ini.
Kunjungan basa-basi, makan-makan bersama, istigotzah atau apalah namanya, terlebih wawancara berlebihan ala selebriti hollywood. Sama sekali tidak terlihat indah. Dan tidak ada kontribusinya terhadap kebutuhan perjuangan TIMNAS.
Semua kegiatan itu, terbukti justru menggangu konsentrasi dan waktu mereka. Belum lagi beban yang menjadi bertambah karena adanya appraisal dan ekpektasi yang berlebihan.
Saya setuju, kita semua mendoakan mereka, bahkan seluruh bangsa ini bisa sama-sama mendoakan mereka. Tetapi TIDAK PERLU mengundang mereka datang kerumah kita. Karena doa, adalah permohonan kita kepada Allah SWT. Kita bukan sedang melakukan upacara persembahan atau korban, yang harus menghadirkan 'sang korban' di hadapan kita.
Saya hargai kalau ada yang mau mengundang makan anggota TIMNAS. Mungkin mereka butuh sesuatu yang beda dari menu harian mereka. Tetapi bisa kan menunggu sampai mereka menyelesaikan misi dan perjuangan mereka. Sehingga mereka bisa benar-benar menikmati hidangan yang kita sajikan dengan tanpa beban.
Saya juga setuju mereka di expose dan di wawancara satu persatu. Bukan cuma beberapa diantara mereka. Tapi bisa toh, itu di lakukan nanti setelah mereka benar-benar jadi selebriti dan punya waktu luang tidak terbatas? Asal di ketahui wawancara di waktu yang tidak benar itu akan menjadi beban buat mereka. Mereka diminta membuat statement2 yang isinya adalah assume dan expektasi. Disitulah beban di letakkan di pundak mereka. Apalagi wawancara tidak mengenal waktu. Di lapangan, di hotel, di jalan, di pesawat ! Itu paparazi.
Sekarang, kalau hasilnya seperti Leg I, siapa yang harus bertanggung jawab?! Saya kasihan saya mereka yang telah berjuang. Tapi saya marah dan muak dengan oportunis2 itu.
Masih ada kesempatan sekali lagi. Saya tidak tahu apakah masih bisa dimanfaatkan atau tidak, tetapi saya akan benar-benar berdoa TIMNAS berhasil membalikkan keadaan. Dan sisa waktu ini, semoga tidak ada lagi kecoak2 oportunis pengganggu. Majulah TIMNAS, DOA KU BERSAMAMU.
Ini adalah opini pribadi penulis. Kalau ada yang setuju ya syukur kalau tidak setuju ya karepmu. Saya tidak mencari pembenaran apalagi pengikut. Tidak minat babar blas jadi politikus atau public figure.
Ini adalah opini pribadi penulis. Kalau ada yang setuju ya syukur kalau tidak setuju ya karepmu. Saya tidak mencari pembenaran apalagi pengikut. Tidak minat babar blas jadi politikus atau public figure.